Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Asian Games dalam Lingkaran Polusi Visual

Setiap hari ( kerja) saya selalu melintasi jalan raya Lenteng Agung untuk kemudian menyebrang masuk ke jalan raya Pasar Minggu hingga terus berlanjut bertemu patung dirgantara Pancoran), masuk ke daerah Tebet dan diakhiri dengan memasuki Kawasan Kuningan sampai akhirnya tiba di kantor. Hal tersebut selalu berulang selama menjalani hari-hari menjadi buruh korporat layaknya masyarakat perkotaan lainnya. Sebab  Hagerstrand menjelaskan bahwa karena kompleksitas kehidupan masa kini, telah menjadi kewajiban bagi kita semua untuk bergerak melintasi tempat-tempat dan ruang ini. Gilllian Rose juga menuliskan bahwa masyarakat secara keseluruhan terbangun dari konsekuensi yang tak dikehendaki dari aksi individu yang terus berulang (Rose, 1993; Barker, 2016: 309). Dari situlah saya dan mungkin beberapa warga kota lainnya juga (harusnya) sadar bahwa k ita hidup di dalam rutinitas yang membuat kita melakukan hal-hal yang telah terpola karena pengulangan yang terus-menerus.  Tahun ini Indonesia me

Depok Kota Tanpa Jatidiri (?)

Gambar
Linimasa media sosial penulis beberapa bulan yang lalu dipenuhi banyak mention terutama di Twitter. Bahkan beberapa ada yang mengirim pesan secara langsung, sekedar untuk bertanya. "Depok itu emang parah banget ya macetnya?" Begitu kira-kira bunyi pesan dari salah satu kawan diluar kota nan jauh disana. Pertanyaan dan keramaian lini masa media sosial tersebut tidak lain tidak bukan karena beberapa artikel yang dikeluarkan oleh media online kenamaan Tirto.ID pada tanggal 29/01/2018. Pada hari tersebut muncul beberapa artikel, dari yang menyebutkan Depok sebagai desa yang gagal menjadi kota, mengenai masterplan yang juga tidak jelas sampai kepada kemacetan yang tak kunjung memiliki solusi. Pada tulisan kali ini, penulis akan mencoba menelaah masalah yang diangkat dan pandangan secara sederhana menurut penulis mengenai Depok dengan segala kesemrawutannya. Mari kita mulai tulisan ini dengan bismillah, hmmm maksudnya memulainya dengan menganggap bahwa Kota Depok bukan hanya Marg

Sebuah Review : Eiffel I'm in Love 2, Sebuah Penantian 15 Tahun

Gambar
Wakanda? Eiffel? Wakanda? Eiffel? Wakanda? Ahh akhirnya setelah bingung menentukan tontonan sabtu hari kemarin, gua memutuskan bermain imaji di Eiffel terlebih dahulu dan menikmati romansa menggemaskan Adit dan Tita. Jujur, gua ga sampe abis nonton Eiffel I’m In Love yang tahun 2003. Sampe tengah film gua merasa gila ini film menye abis, dan geregetan sama konflik yang diciptain dalam film itu. Tapi akhirnya gua memutuskan untuk menikmatin Eiffel I’m In Love 2 ini, urusan gua ga terlalu nyambung karena ga nonton yang pertama sampe abis itu belakangan. Karena setidaknya gua udah kenal karakter yang ada didalam film itu, mulai dari Adit, Tita, Uni, Alan sampe almarhum Om Reza yang sebenernya kalau masih ada mungkin akan membuat film lebih menarik. Seperti biasa, yang tadi gua jelasin itu cuma prolog kegelisahan aja sebelum nonton. Nah sekarang baru dimulai reviewnya. Eiffel I’m in Love 2 ini adalah sekuel dari film remaja yang hits juga sebelumnya di 2003 buat yang belum tau. Simp

Sebuah Review : Dilan 1990, Pembuktian Iqbal.

Gambar
Dilan oh.. Dilan… Ketika novel Dilan keluar bisa dipastikan untuk semua pembacanya yang laki-laki ingin menjadi Dilan dan yang perempuan ingin memiliki kekasih layaknya Dilan. Mungkin tidak semua tapi bisa dianggap beberapa. Kenapa enggak? Bagi lelaki menjadi anak sekolah yang disegani, idealis dan pandai membuat gombalan yang membuat setiap wanita merasa beruntung di ucapkan selamat tidur ataupun rindu setiap harinya. Ataupun bagi para perempuan yang memiliki kekasih siap sedia melindungi dirinya ketika ada yang menganggu dan setiap harinya dipenuhi wajah bahagia tertawa sendirian tatkala mendengar sang kekasih memberinya gombalan receh ataupun sepucuk surat misterius. Tapi… semua itu sirna setelah pengumuman novel Dilan akan di film-kan dan pemeran pria yang dalam imajinasi para pembacanya cool, berandalan tapi tetap sayang orang tua itu sirna. Yaa… pasti beberapa merasa begitu… liat aja instagram ayah Pidi Baiq ataupun tab mention twitternya. Pasti banyak yang mempertanyak

Beton ditanam Resapan ditelantarkan

Gambar
Tidak ada kata halus yang dapat menggambarkan kondisi miris lingkungan Kota Depok hari ini. Secara geografis Kota Depok termasuk dalam wilayah metropolitan Jabodetabek dan menjadi wilayah penyangga Ibukota. Meskipun kota yang terbilang muda, lahir di tahun 1999, l etak yang strategis menjadikan Kota Depok salah satu wilayah yang mengalami perkembangan begitu pesat. Kota Depok sendiri memiliki luas wilayah 200,27 km 2 . Dengan luas wilayah tersebut Kota Depok juga dialiri oleh sungai-sungai besar yaitu Sungai Ciliwung dan Cisadane serta 13 sub Satuan Wilayah Aliran Sungai. Disamping itu pada laman resmi website milik Pemerintah Kota Depok tertulis bahwa di Kota Depok terdapat pula 25 situ yang menjadikan Kota Depok sebagai salah satu daerah resapan di wilayah Jabodetabek. Data luas situ yang ada di Kota Depok pada tahun 2005 sebesar 169,68 Ha, dengan  kualitas air rata-rata buruk akibat tercemar. Beberapa sumber berita media online seperti http://www.pikiran-rakyat.com pa

Sebuah Review : Susah Sinyal. Film Pembuka di Tahun 2018

Gambar
SELAMAT TAHUN BARU 2018 Akhirnya kembali lagi ke Blog. Setelah sekian lama bolak balik blog, weebly, wordpress dan Tumblr. Akhirnya gua kembali ke blog. Hmmm agak menyebalkan mungkin si. Lebih sering pindah-pindah tempat nulis daripada tulisannya sendiri. Tapi gapapa lah. Oke, tulisan di tahun yang baru ini gua mulai dengan review film yang baru aja gua tonton ya. Susah Sinyal The Movie. Karya terbaik Ernest Prakasa sejauh ini yang gua tonton. Awalnya si ga terlalu berharap banyak sama film ini, selain publikasi awalnya yang ga terlalu gede (mungkin ya) dan juga film genre komedi seakan monoton akhir-akhir ini di Indonesia. Terlebih CTS tahun kemarin menurut gua udah puncak pencapaian Ernest dengan dia dapet beberapa penghargaan di FFI. Tapi eh tapi setelah nonton semua praduga-praduga itu ilang. Film ini terasa lebih lengkap banget spesial pake telor dan dikaretin dua dah. Kalau di CTS drama keluarga nya utuh banget dibandingkan komedinya. Tapi di Susah Sinyal ini dra