Sebuah Review : Orang Kaya Baru, Sebuah Realita dalam Film



"Lucu gak si film nya"
"Lucu banget"
"Ahh tapi judulnya begitu"
"Tonton dulu, jangan cuma nilai dari judulnya"
"Ahh tapi kaya ngikuti Crazy Rich Asian"
"Kagak.... beda banget nonton aja dah coba dulu"


Percakapan yang acap kali muncul nih kalau ada film Indonesia baru keluar dan yang dinilai pertama adalah judul. Ya memang, film ini kalau diliat secara judul emang meragukan. Mungkin orang Indonesia masih banyak yang terkotak oleh bentuk sehingga sineas film bisa banyak timbang menimbang dalam memberikan judul film. Banyak film bagus yang tidak ramai ditonton salah satunya karena itu, ya marketing si tapi itu lah realita penonton film sekarang. Lanjut ah kita mulai aja ya review film nya

Premis Sederhana yang Istimewa

Ketika lo semua liat dari penulis skenario film ini mungkin ga akan seharusnya lo ragu. Ya, film ini ditulis sama Joko Anwar. Selalu Joko Anwar ini menampilkan premis dalam film yang dia tulis secara sederhana tapi terasa benar-benar istimewa dan dekat dengan penonton. Secara singkat film ini bercerita tentang keluarga yang serba berkecukupan dan selalu bahagia dengan kondisi yang dimilikinya. Kemudian suatu ketika tiba-tiba saja keluarga itu ditinggal oleh Bapak sebagai tulang punggung keluarga. Tapi jika biasanya ditinggal sumber harapan hidup sebuah keluarga akan terlihat susah bernafas, ini justru sebaliknya. Hal yang mereka pikir semua itu hanya angan kemudian semua bisa mereka miliki. Kondisi itulah yang menimbulkan konflik dan emosi penonton dibuat naik turun ketika nonton filmnya.

Dibalik pengemesan premis cerita yang istimewa, ada yang terasa kurang buat gue pribadi. Ketika pada tahapan konflik mulai muncul semua alur terasa cepat, drama-drama yang mungkin muncul didalam ekspektasi gua ternyata ga ada. Sutradara mungkin ingin bermain aman, karena film seperti ini juga harus pandai-pandai melihat momen. Drama komedi itu kuncinya di momen menurut gue, kalau suasana drama dibuat lebih, efeknya akan buat penonton boring. Kalau komedi mulu juga nantinya tidak baik. Akan munculnya anggapan filmnya tidak realistis. Ya memang seperti tidak realitstis sih sebenernya tapi dengan olahan yang ada jika dilihat cerita film ini terasa dekat. Fenomena Orang Kaya Baru yang seprerti difilm ada dan banyak kayanya.


Kemudian untuk komedi di film ini, semuanya terasa tidak dibuat-buat karena seperti dekat sekali dengan realita yang ada. Di film ini juga menampilkan sejatinya sebuah komedi, penuh pesan dan syarat akan sesuatu yang ingin disampaikan. Jadi penonton tidak sekedar haha hihi tapi mungkin ada yang mentertawai realita sendiri atau realita sosial yang ada disekitar mereka. Padahal di film ini jika dilihat dari cast yang main tidak banyak komedian yang terlibat dan sepertinya cuma Bintang Emon yang komedian di film ini. Itu juga dia ga melucu. Tapi memang benar-benar kekuatan cast menjadikan komedi di film ini benar-benar hidup. Sekaligus juga bisa menunjukan semua orang bisa lucu kok.

Semua cast menampilkan karakter yang sama-sama kuat dan terasa mewakili sifat ego manusia. Ada yang selalu ingin dilihat, ada yang berambisi tinggi, dan ada juga yang selalu ingin lebih dan ingin lagi. Cut Mini memang benar-benar aktris yang luar biasa. Sebagi Ibu di film ini dan juga mungkin sebagai yang paling senior bisa menarik seluruh pemain bersatu dalam standar akting yang sama. Ketika melucu ya mereka seperti komedian, ketika ber-drama mereka seperti politisi eh kebalik ya? eh enggak deng seperti pemain teater gitu hehe

Secara keseluruhan film ini keren banget. Selain film drama komedi, film ini juga memiliki banyak sekali value yang lebih didalamnya lewat pesan-pesan yang disampaikan. Sepeti contohnya kalimat yang ga akan gua lupa dan bisa jadi pegangan kedepan yang disampaikan oleh Bapak.

"Duit kalo dikit, cukup! Kalo banyak? Gak cukup! "




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Depok Kota Tanpa Jatidiri (?)

Sebuah Review : Susah Sinyal. Film Pembuka di Tahun 2018